You're Beautiful, INg

You're Beautiful, INg
내가 이쁘다고 ...:)

My Songs


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

Sabtu, 21 Agustus 2010

KARMA

Sakit Jiwa Ini adalah cerita yang memuakan, mengerikan, ga bisa dipercaya, masa siiih…aku malas meneruskan kalimat yang diucapkan oleh tunanganku kemarin malam sehubungan dengan pernyataan jujurku padanya. Aku mengatakan padanya bahwa ketika kami masih awal berpacaran dulu, aku selingkuh dengan seorang vokalis band Underground yang keren banget hingga aku hamil lalu aborsi, tapi aku dan sang vokalis brutal emang lagi edan, aku hamil lagi lalu aborsi lagi. Hingga akhirnya kami putus karena aku dilamar oleh pacar asliku dan bertunangan. Aku lumayan menghargai adat-adat kayak gitu, walaupun menurutku ga perlu, buang-buang waktu dan uang. Kenapa ga nikah aja sekalian ?Tadinya aku mau nikah sama vokalisku yang brutal itu. Aku suka sih, brutal di panggung, brutal juga di….ga usah dijelasin, ini bukan cerpen porno
Suatu hari ketika aku dan vokalis brutalku selesai melepaskan gairah, aku bertanya padanya sambil jariku menelusuri tato garuda di dada kirinya.“ sayang…kalo kamu mau, aku tinggalkan mas pram malam ini juga “Vokalis brutalku tidak menjawab, dia menjawabnya dengan memeluku erat-erat lalu…ehm…ehm…, ga usah di terangin apa yang terjadi selanjutnya. Sikapnya yang seperti itu ga bikin aku bt, aku senang bersamanya, melanggar norma-norma, mabuk bersama, teriak-teriak di kamar mandi bersama. Hidup adalah kebebasan, diri kita adalah gumpalan daging yang bebas, tanpa aturan. Kalau ada orang yang marah karena pemikiran kami ini, terserah…..yang penting kami ga menyakiti orang lain, yang penting senang. Seperti waktu aku putuskan untuk aborsi, aku biasa-biasa saja. Daripada bayi ini lahir ke dunia dengan ayah ibu yang ga jelas, lebih baik kami mengirimnya ke surga. Ga usah bayiku merasakan putus cinta, ikutan demo nentang Negara, atau bikin documenter ke daerah-daerah rawan. Vokalis brutalku setuju-setuju aja, walaupun dia agak sedih waktu dokter aborsi bilang janinnya laki-laki. Dia pengen banget punya anak laki-laki, katanya buat gantiin pemain bassnya yang bego.
Ketika akhirnya aku resmi tunangan, aku benar-benar ga berhubungan dengan orang lain lagi, tidak sedikitpun termasuk dengan vokalis brutalku. Ngga deeng..pernah sekali, sekali doang aku menemuinya di belakang panggung, tadinya mau say hello aja, eh malah ciuman di balik tirai hitam, ehm…aku yang memutuskan ciuman itu ko, karena tangannya udah menggerayang ke mana-mana. Tapi kita ga ngelakuin itu ko, aku kan udah tunangan, yang katanya udah mulai terikat ma mas Pram.
Kembali lagi sama tunanganku, mukanya jadi merah, eh..dia nangis waktu aku menceritakan semuanya, sejujur-jujurnya. Aku kira aku akan dapat hadiah kecupan lembut di pipi atas kejujuranku ini, malah dia menamparku dengan kemarahan yang..wah..susah dijelaskan! Aku heran, ko ga sama ya dengan omongan guru agamaku di SMU, bahwa jadi orang jujur itu bagus, dapat pahala, hidup tenang. Pagi-pagi sekali ibu bapak mas Pram datang ke rumah. Walaupun raut wajah mereka tenang, tapi warna merah yang membayangi wajah mereka sukar disembunyikan. Katanya..mereka mewakili mas Pram untuk membatalkan pernikahan, tunangan denganku. Papa mamaku kaget dan mukanya jadi merah juga. Sedetik setelah mantan calon mertuaku pamit, orangtuaku segera mengetuk pintu kamarku dengan keras. Sebenarnya aku masih ngantuk, tapi tetap aku hadapin orangtuaku tersayang ini.
Papa menghardikku dengan keras, mama sambil mencak-mencak berbicara tentang agama dan norma-norma. Aku kurang jelas mama ngomong apa, karena ngomongnya sambil nangis sih. Hari ini aku di kamar sendirian, adikku satu-satunya, laki-laki ga mau bertegur sapa denganku, ada apa ini ? apa salahku ? Mas Pram datang juga ke rumah, tapi diam aja, aneh banget ngapain datang kalau Cuma diem aja. Tiba-tiba dia bilang kalo dia menjaga “kehormatannya” untuk aku, tapi kenapa aku malah menghianati dia?
Aku diam aja, abisnya ga ngerti apa yang diomongin dia. Maksudku, aku bakalan setia kalo udah nikah, gampang kan.....clear masalah. Tapi lama-lama aku bosan ngobrol ma Mas Pram, kalo mau mutusin tunangan, ya udahlah……do it now! aku cape di nasehatin terus, please deh…..kalo mau cari yang masih perawan, cari aja, apa mesti aku operasi selaput dara? Lama-lama aku muak dengan pria bego yang satu ini. Akhirnya aku tinggalin dia nangis-nangis di sudut rumah, aku dandan gaya gothic dan nelpon vokalis brutalku. Aku kangen……mau ketemu nih! Mas Pram pengen tau aku mau kemana, mama teriak-teriak nanya aku mau kemana, papa lagi dikantor jadi ga bisa teriakain aku. “ Ada apa siiiiiiiih?!”
Ribet amat berurusan dengan orang yang mengklaim dirinya normal. Eh, vokalisku masih tidur, jam 4 sore nih sayang……! Iiih! Aku dipeluknya, kangen. Dia ok ga pernah nanyain tunangan, norma-norma, ga ada nasehat. Dia sangat pengertian dibalik keacuhannya. Aku cium bibirnya yang pink, masih bau alkohol, aku cium lagi, asyik! Dia balas, berciuman, berpelukan, berzinah, berdosa besar!!!!! Seminggu aku ga pulang-pulang, berduaan di rumah vokalis brutalku, aku senang, aku mencintainya tulus. Aku dicariin deh, terpaksa pulang karena mama lapor polisi. Aku ga boleh keluar rumah, dikunci dikamar, terpaksa aku lari lewat jendela, mereka lupa ga gembok jendelaku. Kembali kepelukan kekasihku. Vokalisku kasihan lihat aku, terus dia mandi, ganti baju bersih, eh…dia cakep banget, kulitnya putih, rambutnya pirang, hidungnya mancung, anaku pasti ok kalau dia papanya he…he…Dia ajak aku pulang, didepan mama-papa dia lamar aku dengan sungguh-sungguh. Papa mama menolak mentah-mentah. Ya sudah aku kabur lagi. Kali ini aku lebih cinta sama vokalis brutalku, akhirnya aku hamil, ga aborsi. Kami bilang mama papa, mereka nyerah, kami dinikahkan syah. Tapi papa mama ga tau kalau vokalisku ini beda agama, kita senbunyiin biar cepet dinikahin. Sekarang….., anak kami sudah 17 tahun dan cantik sekali. Vokalisku masih brutal tapi punya pekerjaan. Aku lagi pusing karena anak perempuanku kabur dari rumah udah seminggu, tunangannya sampe nangis-nangis minta dicariin. .The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar