Okay, kali ini adalah kisah kesibukan gw selama sebulan ini sampai bulan September nanti adalah menghitung uang dan pergi ke pasar setiap pagi.. Gw salah satu tim produksi di pementasan Notre Dame bulan September dan Oktober nanti, gw memegang tanggung jawab di bagian dana usaha.
Untuk berpikir kreatif dalam mencari dana sebuah pementasan "sedikit" susah. Berjualan pun harus saingan dengan unit kegiatan lain atau acara fakultas. Siapa cepat dia yang dapat, karena masing-masing kegiatan pun butuh dana yang besar.
Susahnya selain berpikir keras bagaimana usaha yang harus dilakukan danus sebulan ini adalah masalah SDM. Makhluk-makhluk yang ada di Teater Topeng tidaklah banyak, untuk meminta tolong berjualan masih susah. Hal ini dikarenakan kesibukan anak-anak TeTo dengan kegiatan mereka diluar dari kegiatan TeTo.
Saat sebulan mencari dana banyak kejadian yang menguji kesabaran dan kesehatan mental dari tim danus. Bangun pagi buta sebelum alarm bernyanyi (bukan ngelawan ayam...:p), menggoreng risoles yang enak tiada tara itu, bentrok dengan jadwal kuliah, sampai-sampai hal yang paling mengesalkan dan yang paling buat gw sebagai koordonator danus murka adalah saat sekre TeTo dibobol pencuri. Kenclengan yang kita kumpulin raib gitu ada, bahkan bila diperkirakan jumlah yang ada di dalam celengan itu bisa mencapai kur.leb Rp 500.000. Selain masalah kencleng, ada aja oknum yang mengutang dan mengambil minuman botol yang kita jual tanpa membayar. Entah oknum itu lupa atau bagaimana gw ga tau.. Karena kejaian itulah saling curiga pun ga dapat terhindari lagi, masing-masing orang memiliki kecurigaan terhadap satu sama lain *atau jangan-jangan itu gw lagi.. kidding*.
Bagian yang menyenangkan pada sebulan ini adalah ke pasar. Ke pasar kita membeli barang dagangan berupa jajanan pasar, minuman botol, keripik dll.. Menariknya adalah saat kita melihat kejadian-kejadian unik di tempat langganan TeTo beli barang dagangan, dimana pedagang yang merupakan sepasang suami istri ini sering berdebat masalah barang dagangan atau masalah kecil lainnya. Untungnya sang anak yang mempunyai etalase di sebelah kedua bapaknya ini cuek aja seolah-olah dia sudah biasa dengan pemandangan tersebut. Jadi sebulan ini disajikan pertunjukan perdebatan antara bapak dan si ibu. Selama sebulan ini pun gw dan tim danus yang lainnya selalu dinanti di pasar, apabila salah salah satu diantara tim danus ga ke pasar pasti mereka bakalan nanya mana si A, mana si D, mana si I tumben ga bareng, dan atau mereka selalu menucapkan kata-kata perpisahan, "besok kesini lagi ya teh..." dengan senyum mengembang merekah....:)
Sebulan ini gw masih sanggup untuk mencari dana, tapi bagaimana dengan sebulan berikutnya? Apakah gw sanggup atau tidak? Jawabannya cuma satu.. Ya gw sanggup.. Gw udah dipercaya untuk memegang bagian yang paling sulit dalam mencari dana sebuah pementasan. Gw dan teman-teman yang lain disini ga dibayar, justru kita yang banyak berkorban untuk mencapai satu tujuan bersama-sama. Semoga dengan bergeraknya tim produksi terutama danus dalam sebulan ini bisa mencapai tujuan yang kami harapkan.. Viva Teater.. Salam budaya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar