Pelakon:
Wanita 1 : 21 tahun, suka mengeluh, sensitif dan keras kepala
Wanita2 : 21 tahun, lebih berorientasi pada masa depan dan pendidikan serta berpendirian keras
Wanita 3 : 20 tahun, menggunakan tongkat, suka mengeluh dan gampang menyerah
Setting, Properti, Kostum, Make up: BEBAS AH!!!!
Wanita 1 memasuki panggung, kemudian terduduk di lantai.
Wanita 1: “(duduk/jongkok) Aku... Aku tersiksa akan hadirnya cinta.. Aku selalu merasa tersakiti akan hadirnya cinta.. Apa? Apa arti sebenarnya cinta? Menurut dosenku cinta adalah sesuatu yang tidak harus memiliki, karena cinta yang sebenarnya adalah bagaimana usaha kita untuk melihat orang yang kita cintai bahagia. Tapi, apa yang aku rasakan? Sakit.. hanya sakit yang aku dapatkan..”
(Muncul wanita 2)
Wanita 2: “hhhm... hanya itu? Apa menurutmu hidup hanya bergantung pada cinta saja? Masih banyak yang harus kau pikirkan.. Masa depanmu, keluargamu, atau sahabatmu...”
Wanita 1: “Kau pikir kau siapa? Berani menyela perkataanku... Inilah aku apa adanya yang butuh akan cinta.. Aku pun ingin merasakan bahagia cinta tanpa harus aku yang berkorban..”
Wanita 2: “Aku... ahsudahlah. Aku hanya ingin membuka matamu saja.. Bahwa tidak hanya cinta yang dapat kau pikirkan. Itu saja. Aku menyela perkataanmu karena aku terganggu dengan ucapanmu tentang cinta. Hidup ini perlu hal yang lain juga mamen. Ilmu, makan, masa depan, daaaan... masih banyak yang diperlukan.”
Wanita 1: “Hei.. santai kau.. Ini aku.. aku bangga akan diriku sendiri tanpa harus kau atur aku harus berbuat apa.. ini perasaanku bukan perasaanmu, kenapa kau yang sibuk mengurusinya.. atur saja hidupmu, lagi pula aku sama sekali tidak mengenalmu.”
Wanita 2: “Dari kesan awalku, kau terkesan orang yang egois dan keras kepala...”
Wanita 1: “Kau tidak berhak menilaiku...”
Wanita 2: “Tentu saja aku berhak.. karena itu kesanku untukmu..”
Wanita 1: “Kau mulut besar...”
Wanita 2: “(senyum) waaaw, berarti buaya dapat memasukinya... aku takut..”
Wanita 1: “Diam kau jalang!”
Wanita 2: “Kau tidak berhak berkata demikian tentangku...”
Wanita 1: “Aku berhak! Karena itu penilaianku padamu...”
Wanita 2: “DIAM!!! Bahkan kau tidak tau bagaimana aku”
(muncul wanita 3 dengan menggunakan tongkat dengan tertatih..)
Wanita 3: “Hei.. kalian pikir suara kalian dari jauh terdengar merdu? Terlalu sumbang untuk didengar. Apa yang kalian ributkan? Masalah dipanggil dosen karena keluhan di twitter? Atau dimarahi asdos karena salah dalam format pengambilan data? Atau tidak terima dengan pemotongan nilai? Atau.. ”
Wanita 1&2: “DIAM KAU PINCANG!!! Ini bukan urusanmu!”
Wanita 3: “Heeeii, santailah... aku dapat saja menghantam kepala kalian dengan tongkat ini.. sekali lagi aku tanya apa permasalahan kalian? Kurasa kita saling kenal, namun kita tidak pernah berbicara di kelas ini. Ada yang bisa saya bantu?”
Wanita 2: “untuk apa membantu kami? Aku bahkan baru melihatmu, pincang...”
Wanita 3: “Diam kau, kau tak berhak berikan cap tentangku. Perkataanmu terlalu kasar..”
Wanita 1: “Betul apa yang dikatakannya, pincang.. Kau terlalu sok tahu..”
Wanita 3: “sejak kapan kalian menjadi kompak seperti ini? Tadi kalian begitu meributkan hal-hal yang sangat tidak penting.. harusnya kau membelaku karena kakiku ini. yaaa, dosenku pernah berkata bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Jadi kalian harus membantuku dan membelaku..”
Wanita 2: “jangan urusi urusan kami, kau mengurus dirimu sendiri pun tidak bisa..”
Wanita 1: “Heeeii, kembali pada benang merah... tadi aku dan kau berbicara tentang cinta dan masa depan...”
Wanita 2: “tidak ada masa depan bila kau hanya memikirkan cinta saja.. (senyum sinis) kau pikir kau hidup di dunia sinetron..”
Wanita 1: “bila disamakan dengan sinetron. Ku rasa kau seperti Mischa... tidak peka terhadap cinta, dan orang yang mengasihimu..”
Wanita 2: “dan kau seperti Fitri yang tolol hanya mengaharapkan cinta dari farel saja..”
Wanita 1: “Kau seperti Mesya yang tidak suka dengan kebahagiaan orang lain..”
Wanita 2: “kau seperti Zahira yang hanya diam memendam perasaanmu pada Arman...”
Wanita 1: “kau ....”
Wanita 3: “STOP!! Ini melewati konteks, mengapa harus mengkaitkan realita dengan sinetron.. Kalian tau aku muak dengan pembicaraan kalian.. tidak berbobot.. ya sudah aku pergi, hatiku terlalu cenat-cenut di dekat kalian.. lebih baik aku menonton Glee daripada sinetron murahan..” (pergi meninggalkan wanita 1 & 2)
Wanita 1&2: “enyahlah kau pincang...”
Hening...
Wanita 2: “kau tau, apa yang dikatakan si pincang itu benar.. pembicaraan kita tidak berbobot..”
Wanita 1: “yaa, kau benar mulut besar.. tak akan habis-habisnya berbicara tentang cinta..”
Wanita 2: “tepat sekali perempuan egois.. aku pun lelah dengan kuliah.. aku jenuh, aku butuh hiburan.. mungkin ada baiknya kita memulai dari bagian yang terbaik..”
Wanita 1: “Tapi kita butuh cinta.. Egois bila meminta orang lain untuk mencintai kita..”
Wanita 2: “Hhhmm, tapi kita tetap harus memikirkan masa depan kita.. Selesaikan kuliah, meniti karir, dan memiliki masa depan yang cerah dan mungkin sebagian dari cinta..”
Wanita 1: “Kurasa pembicaraan kita semakin ngawur.. kau tau mengapa aku tak mau memikirkan masa depan dan kuliahku? Aku selalu mengeluh tentang tugasku, aku merasa aku sama sekali tak mampu mengerjakannya...”
(datang wanita 3)
Wanita 3: “aku pun sama.. aku lelah mengejar dosen pembimbing pertamaku.. aku bahkan tidak menemukan solusinya, dan aku sama sekali tidak mendapatkan referensi teori darinya. Yaah kuakui ini salahku, karena aku kurang termotivasi untuk menemuinya... aku takut, aku takut aku akan lulus lewat dari targetku..”
Wanita 2: “kenapa baru kau pikirkan sekarang? Tetapi, tidak ada kata terlambat untuk ini semua, kalian masih bisa bangkit.. daya juang, motivasi dan dorongan ada di dalam diri kalian dan aku juga tentunya.. heeii, sejak kapan kau datang??"
Wanita 3: "baru saja..."
Wanita 1: “tapi kita juga butuh cinta.. kita harus bisa cinta dengan tugas-tugas kita agar kita dapat menyelesaikannya dengan baik. Bukan mengeluh di twitter seperti yang aku lakukan..”
Wanita 2: “kaauu... dari tadi yang kau ucapkan cinta.. aku muak..”
Wanita3: “DIAM... tidakkah kalian tau, usia kita makin beranjak.. tidak ada gunanya menggerutu masalah cinta dan tugas-tugas yang menumpuk.. aku pun takut untuk menghadapi skripsi.. aku takut mengulang kuliah-kuliah yang lain..”
Wanita 2: “Kau pun sekarang sedang mengeluh, pincang... tak ada gunanya kalian menangis stapi tanpa usaha.. gunakan kesempatan kalian yang bisa menempuh bangku kuliah.. banyak orang yang tidak bisa menikmati pendidikan yang layak.. kalian gunakanlah kesempatan itu.. aku pun sama takutnya dengan kalian...”
Wanita 1: “karena itu kita butuh cinta ..”
Wanita 2&3: “DIAM KAU...”
Wanita 2: “yang harus kita lakukan saat ini adalah fokus terhadap tujuan kita.. kita punya cara masing-masing untuk dapat mencapai harapan dan cita-cita kita..”
Wanita 1: “baru aku sadari... pembicaraan kita ini sudah ngawur..”
Wanita 3: “sudah ratusan kali aku katakan pada kalian, ini memang sudah diluar konteks..”
Wanita 1: “kau baru mengatakan sekali...”
Wanita 3: “itu perumpamaan..”
Wanita 2: “sudahlah... lebih baik kita renungkan kejadian malam ini. Semoga kita termotivasi untuk masa depan kita... agar ilmu yang kita dapatkan selama ini tidak sia-sia.. kau pincang, kau masih dapat mengejar dosenmu itu untuk bimbingan, dan kau egois kau masih dapat mencapai harapanmu dengan cintamu itu..”
Wanita 1&3: “kau sendiri?”
Wanita 2: “aku akan melakukan apa yang aku katakan.. karena yang kita keluhkan adalah hal yang sama...”
Wanita 3: “cukup untuk malam ini.. aku pamit...”
Wanita 2: “Hei pincang, sini aku bantu...”
Wanita 1: “aku juga, kau tidak dapat berjalan tanpa bantuan kami...”
Wanita 3: “terimakasih... kau tau malam ini aku ingin menangis karena hal ini...”
Wanita 2: “sudahlah, jangan diperpanjang... nanti cerita kita ini tak akan tamat..”
Wanita 1: “inilah bentuk cinta yang kumaksud..”
Wanita 2&3: “DIAM...”
_Tamat_
the casts:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar